
Secara teknis, Vibe Coding adalah pendekatan di mana kita sebagai dev, engineering atau maker lebih banyak memberi instruksi, visi, dan goals ke AI, daripada menulis tiap baris kode secara manual.
Yang artinya: Saat ini kita bisa ngopi sambil nonton AI ngoding. π
Vibe coding ini mulai jadi tren di 2025 karena kemajuan AI/LLM (large language models) yang makin jago dalam urusan source code.
Tapi ingat! tren Vibe Coding ini bukan berarti bebas dari risiko.
Doβs – Lakukan Ini Agar Vibe Coding lebih Aman
Nah, kalau kalian mau terjun ke dunia vibe coding, berikut beberapa hal yang sangat disarankan agar tetap produktif, sustainable, dan gak bikin sesak nafas nanti. (Saya ambil dari beberapa sumber)
1. Goal yang Jelas
Jangan asal: “Buatkan aplikasi chat yang bagus”. Tapi lebih ke: “Oke kita perlu bikin fitur A yang bisa X, untuk siapa Y, dengan spesifikasi seperti Z”. Jadi AI dan kalian punya misi yang jelas.
βDescribe the goal: β¦ The AI assistant interprets your request β¦ repeat loop.β Google Cloud
2. Gunakan siklus prompt-refine-test
Workflow sederhana tapi wajib:
- Prompt (jelas, ringkas, padat dan berisi π)
- AI Generate (biarin AI kerja, kalian ngopi aja)
- Test oleh kalian (unit/integration/manual)
- Refine (perbaiki prompt/arah)
Ulangi sampai pas. Jangan berharap sekali prompt langsung perfect. Sehebat-hebatnya AI, hole security dan edge case tetap ada.
Tips: Minta AI sekalian nulis unit test dan negative test cases. Lumayan ngirit waktu.
3. (Wajib) Kombinasi dengan coding “tradisional”
AI itu ngebut, bahkan kerjaan manusia 1 minggu, bisa diselesaikan AI dalam waktu selama 1 jam. Hehehe. Meski begitu, kendali tetap di kalian. Minimal empat hal ini wajib kalian pegang saat Vibe Coding:
- Arsitektur: struktur folder, boundary, dependency rapi.
- Keamanan: periksa perihal auth, rate limit, sanitasi input, .env.
- Kode kritikal: bagian inti (payment, security, data integrity) wajib tetap manual review.
- Testing: unit, integration, e2e sesuai skala risiko.
Vibe Coding itu enhancement, bukan replacement. AI itu adalah teman sparring, kalian tetap arsitek utamanya. Sumber: codelevate.com
4. Pastikan review & test generated code
Seperti yang telah saya sebutkan diatas, AI itu bisa bantu pekerjaan kalian dengan sangat cepat, tapi kita harus review hasilnya.
Setidaknya ada 4 checklist, yakni:
- Readable? (naming & komentar perlu kalian check)
- Maintainable? (modular atau tidak. soalnya kadang AI bisa generate code yang sangat kompleks)
- Aman? (input validation, auth, secrets, dependency)
- Terukur? (ada test, bisa di-CI, gampang di-rollback)
Saya sendiri pernah mencoba Vibe Coding dalam sebuah existing project menggunakan Gemini CLI, dimana pada saat itu sempat terjadi chaos saat sebuah fitur kecil yang ingin saya refactor dengan bantuan AI, malah menjadi lebih rumit dari awal sebelum refactor.
Sejak itu, saya pecah task lebih kecil, kasih constraint eksplisit, dan review manual di bagian kritikal. Hasilnya lebih stabil.
Kenapa bisa chaos? alasannya adalah bukan karna AI yang salah, karna pemikiran manusia itu jelas berbeda jauh dengan pemikiran mesin.
Pengalaman dari teman sendiri
Ada salah satu teman saya yang suka menggunakan AI Tools sebagai teman ngoding yang dimana dia dalam sebuah project menggunakan beberapa AI untuk keperluan tertentu, kurang lebih seperti ini apa yang dia gunakan:
- Reasoning dengan Claude,
- Coding dengan Gemini CLI,
- Review dengan OpenAI (Codex)
- Testing dia sendiri π
Sebagus-bagusnya prompt kalian saat Vibe Coding, AI tetaplah mesin yang mencoba berpikir. Maka dari itu, gunakanlah AI Coding Tools secara hati-hati!
Tinggalkan Balasan