
Beberapa waktu lalu saya penasaran, “kira-kira bisa gak ya kita tahu kalau sebuah project itu awalnya dibuat pakai AI kayak ChatGPT, Claude Code, atau Copilot?“
Kalian mungkin juga pernah ngerasa, waktu lihat repo orang lain: kodenya rapi banget, nama variabelnya halus, komentar nggak ada, tapi kok semua kelihatan too perfect to be human 😅
Nah, dari rasa penasaran itu, saya nyoba nyusun semacam cara analisis, ala-ala forensik ringan lah istilahnya, buat ngendus tanda-tanda kalau sebuah proyek (khususnya Next.js / TypeScript) kemungkinan besar diinisialisasi atau digarap bareng AI tools.
Bahasa pemrograman lain (Python, Rust, PHP, Golang, dll) harusnya masih masuk dengan cara analisis ala-ala ini. Mari kita bahas satu persatu!
1. Pola Kerapian yang Aneh
AI cenderung nulis kode terlalu bersih.
Import diurut alfabetis, setiap hook React ditulis lengkap (
useEffect
,useCallback
,useMemo
), dependency array-nya sempurna, bahkan kelas Tailwind-nya tersusun logis.
Developer manusia biasanya agak berantakan dikit, kadang ada spasi dobel atau urutan import acak.
Kalau semua tampak “kinclong tanpa cela”, itu udah satu sinyal.

Di suatu project, saya pernah menemukan keganjilan. Terlihat jelas project tidak ada tanda-tanda .vscode
setting, kemudian tanpa adanya config prettier
atau eslint
diprojectnya. Namun ketika saya melihat gaya import, alphabetic order hingga indentationnya sungguh mempesona. Ini biasanya hasil generated AI semacam Claude.
2. Gaya Bahasa di Komentar atau UI Text
Claude dan ChatGPT suka nulis kalimat seperti:
“Automate your workflow with confidence.”
atau
“This function ensures consistency and maintainability.”
Bahasa Inggris-nya bagus banget tapi generik, nggak personal.
Kalau kalian nemu project yang deskripsinya kayak template perusahaan multinasional 🤑, padahal itu project baru dibikin, besar kemungkinan AI ikut campur.
3. Struktur File dan Konvensi Terlalu Konsisten
AI tools sering generate folder dan file dalam urutan alfabet atau template bawaan (app/
, layout.tsx
, globals.css
, theme-provider.tsx
).
Semuanya mengikuti dokumentasi resmi Next.js atau shadcn/ui tanpa improvisasi manusia.
Di situ juga kadang muncul properti aneh tapi “aman”, misalnya suppressHydrationWarning
di <html>
, fitur yang bahkan banyak developer nggak tahu fungsinya untuk apa.
4. Naming variable Istimewa
Bahasa inggris bukanlah bahasa native negara Indonesia. Jika tiba-tiba teman kalian yang bahasa Indonesianya medhok banget, terus bikin kode seperti ini:

Lihat dan bacalah nama-nama variablenya:
sameHost
,runningHttps
, hinggaupgraded
. Ini agak sulit dicerna manusia Jawa seperti saya. 😆
Dan percayalah, bukan dia yang membuatnya. Tapi antara AI generated, atau copy-paste dari Stackoverflow 😂
5. Kode Tanpa Comment/Deskripsi Tapi Terlalu Lengkap
Ini khas Claude: logika kompleks dibuat seamless banget, tanpa satu pun komentar.
Semua udah jelas lewat nama fungsi dan struktur, Indah binti Steril.
Kesimpulannya, saya nggak bilang pakai AI itu salah, lho.
Saya malah seneng lihat AI bantu developer nulis kode cepat dan konsisten.
Tapi lewat eksperimen ini, saya jadi sadar: kode yang sempurna belum tentu sepenuhnya karya manusia.
Dan kadang, justru “sedikit berantakan” itu bukti kalau di baliknya ada pikiran manusia beneran 😄
Leave a Reply