Misteri: Kenapa Trump Takut dengan QRIS Indonesia?

Awal tahun 2025 menjadi momen yang penuh gejolak dalam hubungan perdagangan internasional, terutama antara Amerika Serikat, Indonesia hingga dunia. Kebijakan tarif impor yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump, yang menaikkan tarif untuk seluruh negara-negara dunia termasuk Indonesia yang sebesar 32% (bahkan 42%), menciptakan banyak kontroversi.

Salah satu fokus utama dari kebijakan ini adalah sistem pembayaran digital Indonesia, Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), yang dianggap menghambat perdagangan Amerika.

Dalam pengumuman tarif resiprokal tersebut, pemerintah AS menekankan bahwa penetapan bea masuk impor tidak hanya didasarkan pada besaran tarif, tetapi juga mempertimbangkan hambatan perdagangan nontarif yang dihadapi oleh negara mitra.

AS Khawatir Terhadap QRIS?

QRIS, yang diluncurkan oleh Bank Indonesia pada 17 Agustus 2019, telah menjadi sorotan utama dalam konteks ini. Sistem ini bertujuan untuk mempermudah transaksi pembayaran domestik dan meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.

Sejak kemunculannya, QRIS telah mengubah cara masyarakat Indonesia melakukan transaksi nontunai. Dengan QRIS, berbagai instrumen pembayaran dapat digunakan secara bersamaan, sehingga memudahkan konsumen untuk bertransaksi di berbagai tempat, termasuk di usaha kecil dan mikro.

Hal ini tidak hanya meningkatkan efisiensi perdagangan domestik, tetapi juga menciptakan kesempatan baru bagi pelaku usaha, terutama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Ancaman bagi Visa & Mastercard?

Namun, keberadaan QRIS juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan penyedia layanan pembayaran dan sektor keuangan di AS.

Pemerintah AS menganggap bahwa dengan adanya QRIS, penggunaan kartu kredit dan sistem pembayaran yang berbasis jaringan Amerika, seperti Visa dan Mastercard, berpotensi menurun di Indonesia.

Laporan dari United States Trade Representative (USTR) menyatakan bahwa Indonesia tidak melibatkan pemangku kepentingan internasional selama proses pembuatan kebijakan QRIS, yang membuat AS merasa terpinggirkan.

Meskipun kekhawatiran ini diungkapkan, banyak analis berpendapat bahwa dampaknya terhadap bisnis pembayaran AS mungkin tidak sebesar yang diperkirakan.

Laporan tahunan Visa menunjukkan bahwa volume transaksi global yang menggunakan jaringan Visa terus tumbuh, mencapai 13,2 triliun dollar AS pada September 2024, meningkat 7,32 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Ini menunjukkan bahwa meski QRIS semakin banyak digunakan, pasar pembayaran global masih memiliki ruang untuk pertumbuhan.

QRIS Yang Semakin Menjamur

QRIS di Indonesia bukan hanya sekadar alat pembayaran; sistem ini juga memfasilitasi inklusivitas ekonomi. Pedagang kaki lima hingga pelaku UMKM semakin banyak yang memanfaatkan QRIS, sehingga transaksi nontunai menjadi semakin umum di masyarakat.

Selain itu, QRIS juga telah melakukan ekspansi ke luar negeri melalui kerja sama dengan beberapa negara di Asia Tenggara. Kesepakatan antara Bank Indonesia dan Bank of Thailand mengenai QRIS cross-border menunjukkan potensi sistem ini untuk memperkuat hubungan perdagangan internasional.

Mengapa Trump dan Pemerintah AS Salah dalam Memandang QRIS

Pertama, Keterbukaan terhadap Inovasi
Pendekatan proteksionis yang diambil Trump menunjukkan kurangnya pemahaman terhadap dinamika inovasi global. QRIS tidak hanya memperkuat sistem pembayaran di Indonesia, tetapi juga memberikan peluang bagi perusahaan AS untuk berkolaborasi dan berinvestasi dalam teknologi baru.

Dengan terbukanya pasar, perusahaan-perusahaan di AS dapat memanfaatkan QRIS untuk memperluas jangkauan mereka di Asia Tenggara.

Kedua, Fokus pada Keterhubungan Ekonomi
Menganggap QRIS sebagai ancaman artinya mengabaikan kenyataan bahwa sistem pembayaran yang efektif dapat meningkatkan hubungan perdagangan antara Amerika dan Indonesia.

Sementara AS khawatir kehilangan pangsa pasar, QRIS sebenarnya dapat menciptakan lebih banyak peluang untuk perdagangan bilateral, karena transaksi yang lebih efisien mendukung pertumbuhan ekonomi di kedua negara.

Ketiga, Relevansi di Pasar Global
Kekhawatiran bahwa QRIS akan mengurangi penggunaan kartu kredit dari AS tidak sepenuhnya berdasar. Data menunjukkan bahwa pasar pembayaran global terus tumbuh, dan adopsi QRIS di Indonesia hanya menciptakan diversifikasi dalam sistem pembayaran yang ada.

Malahan, sistem pembayaran yang lebih inklusif dan efisien dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya juga menguntungkan perusahaan-perusahaan AS yang mampu beradaptasi dengan perkembangan ini.

 

Muhammad K Huda

A non exhausted blogger person within fullstack engineer (spicy food), open source religion, self-taught driver and maybe you know or don't like it. Simply says, Hello from Me!

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.