HTML5 versus Mobile Native

Beberapa tahun yang lalu, atau kira-kira pada pertengahan 2011 dirilislah sebuah framework untuk pengembangan aplikasi mobile multiplatform yang bernama Phonegap. Meskipun sebenarnya ada framework lain seperti Kendo dan Sencha, tapi tampaknya Phonegap lebih populer dibanding keduanya.

Phonegap sendiri merupakan framework yang dapat digunakan untuk membangun aplikasi mobile dimana seorang developer hanya memerlukan bantuan HTML5 programming, tanpa perlu expert pada bahasa pemrograman native masing-masing platform. Hanya saja pengetahuan dasar pemahaman development yang diperlukan untuk membantu memudahkan proses kompilasinya.

Di artikel ini, penulis akan sedikit membeberkan beberapa point-point penting yang mungkin dapat digunakan sebagai acuan apabila pembaca masih bingung memilih langkah pengembangan aplikasi mobile baik itu iOS, Android, Windows Phone, maupun Blackberry. Apakah harus dengan bahasa native atau mungkin menggunakan framework cross-platform (silang platform) HTML5 seperti Phonegap ? Mari kita telisik satu persatu point dibawah ini :

Perangkat Lunak

Dari sisi perangkat lunak yang digunakan, jelas sekali bahwa framework Cross-platform menggunakan plugin maupun extensi tertentu pada masing-masing aplikasi native agar bisa digunakan untuk proses kompilasi. Sebagai contoh Eclipse harus ditambah plugin tertentu untuk kompilasi Phonegap. Meskipun Phonegap juga telah menyediakan proses building secara cloud, namun bilamana aplikasi mengharuskan memiliki fitur tertentu cloud tidak akan bisa maksimal.

Dalam beberapa kasus seorang developer baru, penggunaan Phonegap cukup rikuh dari sisi instalasi aplikasi pendukung. Dalam hal praktis dan tidaknya, proses development secara native jelas unggul apabila menggunakan framework HTML5.

Pengetahuan development

Pengembangan sebuah aplikasi mobile, tentunya membutuhkan pengetahuan yang setidaknya harus mendalam dan tidak bisa setengah-tengah. Contohnya seorang developer Android tentu harus paham betul Java, Windows Phone dengan C#, ataupun iOS dengan Objective C. Hal ini tentu saja akan cukup merepotkan seorang developer yang hanya paham satu jenis bahasa pemrograman apabila dia ingin mendevelop pada masing-masing platform. Apalagi bagi seorang developer website tentunya akan sangat dipusingkan dengan lingkungan development mobile.

Akan tetapi semenjak munculnya framework HTML5, para developer mobile ataupun website agaknya bisa bernafas lega atas ketergantungan masing-masing native programming language tersebut. Selain itu, penggunaan framework cross-platform juga sering dikaitkan dengan pemangkasan anggaran untuk pembuatan aplikasi mobile. Karena sebuah perusahaan tidak harus membayar 3 atau 4 developer, akan tetapi cukup dengan seorang developer tangguh HTML5.

Proses kompilasi

Jika dilihat pada satu sisi pandang, HTML5 tentu lebih unggul dibanding native dari sisi kompilasi. Semisal cloud phonegap yang memiliki fasilitas untuk melakukan kompilasi langsung pada beberapa platform. Tapi jika dilihat dari sisi pandang hasil dan performa, maka kompilasi menggunakan native tentu lebih unggul.

Pembaca mungkin pernah mendengar problem kompilasi aplikasi HTML5, dimana aplikasi dapat berjalan baik di Android namun tidak pada platform lain. Nah, inilah sebenarnya kendala jika seorang developer memang ingin memakai framewor HTML5. Karena sang developer harus mendalami betul fitur, fungsionalitas maupun package yang didukung oleh masing-masing platform.

Pada point proses kompilasi ini, penulis sengaja memberi skor masing-masing 1 untuk kedua development karena cukup berimbang dan tergantung pada kebutuhan.

Performa

Sekali lagi, development menggunakan native tentu saja akan unggul jika dilihat dari sisi performa hasil akhir aplikasi. Meski ada beberapa framework HTML5 seperti Ludei JS yang menyebut bahwa performa hasil akhir aplikasi setara dengan native, tentu saja hasilnya akan memiliki perbedaan. Penulis pastikan bahwa performa aplikasi native tidak bisa disejajarkan dengan aplikasi HTML5.

Kesimpulan

Membangun sebuah aplikasi mobile jika dinalar memang seharusnya memakai framework yang disarankan (baca: native), selain dari sisi hasil akhir aplikasi yang lebih mantap dan apik, performa aplikasi native juga bisa dibilang sempurna. Framework HTML5 akan sangat baik jika memang seorang developer membutuhkan waktu cepat untuk membangun secara cross-platform namun dengan hasil yang tidak sebaik aplikasi native.

Secara proses, HTML5 merupakan terobosan baru dibidang development aplikasi mobile, dimana hanya dengan pengetahuan satu bahasa pemrograman maka dapat digunakan untuk beberapa platform.

Andalah yang memilih & Happy coding 😀

Muhammad K Huda: A non exhausted blogger person within fullstack engineer (spicy food), open source religion, self-taught driver and maybe you know or don't like it. Simply says, Hello from Me!
Related Post