Tulisan ini akan menjadi jawaban tulisan saya 5 tahun silam berjudul 4 Alasan Untuk Mengurangi Penggunaan Javascript karena memang sudah sangat tidak relevan dengan perkembangan web development pada detik ini. Bila mana “mungkin” beberapa tahun silam “Progressive Web Apps” kurang dilirik oleh para web developer, saat ini hampir seluruh startup atau perusahaan IT di dunia sudah mengaplikasikan keunggulan Javascript ke dalam aplikasi web mereka.
Dan sekaligus dengan tulisan ini, semoga dapat membayar pro kontra yang terjadi di komentar tulisan saya 5 tahun yang lalu. Bisa jadi karena kekhilafan penulis yang kurang up to date pada masa itu, atau memang karena perkembangan Javascript yang sangat melejit pada masa ini. Bahkan penulis pun juga setiap waktu berkutat dengan Javascript 😀
Sedikit Out Of Topic, seorang developer yang telah memilih Javascript dan menjadikannya bagian besar pengembangan aplikasi web mereka, saya berani mengaitkan seorang developer tersebut telah menemukan cintanya. Seperti bait lirik yang dinyanyikan oleh Grup Band Seventeen yang berjudul “Menemukanmu”. Silahkan dengarkan lagunya lewat Youtube dibawah, dan bayangkan bahwa om Ifan (vokalis) adalah seorang developer dan model ceweknya adalah Javascript. Hahaha
Kini ku menemukanmu, diujung waktu kupatah hati. bla bla bla 😀 😀
Karena Javascript akan meminimalisir bahkan menghilangkan patah hati pengunjung website Anda, yang awalnya tandus akan UX tanpa cinta. Pfffftt
What Happen’s with JS ?
Javascript, selalu menarik untuk diperbincangkan saat ini. Hingga tulisan ini saya tenun, di Jakarta pun terdapat meetup (pertemuan) rutin bernama Jakarta Javascript User Group (@jakartaJS), yang memperbincangkan dan membahas teknologi masa kini dari Javascript itu sendiri. Setiap pertemuan dihadiri oleh penggerak dan developer startup-startup beken di Indonesia. Semuanya adalah anak muda, dan sangat menarik. Pembicara dan praktisi pun berasal dari kalangan lokal, maupun mancal lokal (baca: manca negara). Semua itu karena Javascript sekarang adalah Mostly adopted technology by Startup, kalau boleh saya mengatakannya.
Kembali lagi, mengapa? Apakah Javascript memiliki hal yang spesial hingga menjadi primadona web development masa kini? Mari kita telisik sedikit demi sedikit, mengambil dari berbagai sumber.
1. Berawal dari Sejarah bagaimana Node.JS lahir
Semua pembaca pasti tahu, Javascript awal mula digunakan sebagai bahasa pemrograman yang hanya diperuntukkan bagi Client Side (baca: browser). Setidaknya bertahun-tahun yang lalu semenjak Facebook lahir dengan AJAX (Asynchronous Javascript And XML), Javascript mulai menjadi bahan dan kombinasi yang sering dijadikan oleh web developer agar tampilan website mereka lebih realtime dan tidak bermasalah dengan Server Side Programming.
Namun, awal mula perkembangan Javascript tidak diimbangi dengan perkembangan teknologi (device) yang dipakai oleh pengguna, oleh karena Javascript membutuhkan proses rendering yang cukup berat pada sisi browser. Hal ini tentu membutuhkan cukup resource pada komputer yang dipakai pengguna. Dan bahkan pada waktu itu, ada sedikit pepatah “Bila website itu terasa lambat diakses maka pasti terlalu banyak Javascript didalamnya”. Sangat terbalik dengan yang terjadi sekarang, karena Javascript dapat berjalan pada sistem komputasi dengan spesifikasi minim dan tentunya lebih “smooth” dibanding sebelumnya.
Node.JS lahir dengan point utama ingin memfungsikan Javascript sebagai Server Side Programming, bukan hanya Client Side. Karena keajaiban Node.JS inilah Javascript menjadi lebih dilirik oleh para Backend Programmer sebagai salah satu bahan pokok penting web apps yang mereka bangun. Kenapa? Salah satu alasan adalah Javascript mudah dipahami, dan sangat populer di kalangan komunitas programmer.
2. The Magic of NPM (Node Package Manager)
Alasan lain yang menjadikan Javascript sangat populer adalah karena keajaiban dari NPM. Sebelum menginjak lebih jauh tentang NPM, saya akan mengulik terlebih dahulu tentang PEAR. Jika mungkin pembaca saat ini adalah developer PHP, saya yakin beberapa dari pembaca ada yang kurang mengenal istilah PEAR, atau bahkan tidak tahu sama sekali. Iya, benar sekali. PEAR (PHP Extension and Application Repository), pada waktu itu adalah sebuah Package Manager untuk bahasa pemrograman PHP, bisa dikatakan memiliki kemiripan dengan NPM-nya Javascript.
PEAR dipakai untuk mengambil package berbasis PHP yang nantinya package tersebut dapat kita manfaatkan di dalam aplikasi PHP yang kita buat. Karena tidak aktifnya development PEAR, pada akhirnya PEAR mati suri dan developer PHP membuat sebuah package manager baru bernama Composer, cukup sukses dan lebih aktif. Namun kembali lagi, bila dibanding dengan Package Manager milik bahasa pemrograman lain semisal RubyGems milik Ruby, PIP untuk Python, Glide untuk Golang atau bahkan yang baru-baru ini mulai hangat yaitu Cargo miliknya Rust, NPM tentunya lebih populer.
NPM merupakan package manager terbesar dengan total hampir setengah juta package tersedia disana. Meski sekarang muncul nama-nama baru package manager untuk Javascript semacam Yarn, tapi Yarn-pun masih mengacu dan sangat kompatibel dengan NPM. Good work for NPM!
Karena pembahasan tentang keunggulan Javascript cukup banyak, maka akan saya lanjutkan ke bagian 2 dari tulisan ini. Terima kasih.